Thursday, May 17, 2012

cerpen "ayah"


AYAH
Hari ini hari yang paling aku tunggu. Setelah sebulan penuh menjalankan puasa akhirnya aku bisa berkumpul dengan keluarga besar merayakan hari raya idul fitri. Lebaran kali ini memang terasa ramai, karena semua keluarga datang ke rumah untuk mengunjungi aku dan ibu. Namun aku merasa kekurangan, karena aku tidak bisa merayakan hari raya bersama ayah.
“ibu, maafin Dana ya, Dana tidak bisa jadi anak yang baik buat ibu dan ayah”
“ibu maafin kamu sayang, ayah kamu bangga punya anak seperti kamu, apalagi sekarang ayah kamu pasti lebih bangga,”
“tapi bu, tidak ada gunanya aku lahir, aku hanya jadi pembawa sial buat ayah dan ibu”
“jangan seperti itu, ayah kamu pergi bukan karena kamu, kamu dilahirkan agar kamu bisa menjaga ibu seperti ayah kamu”
*
Setiap hari aku tinggal dengan nenek, karena ibu dan ayah harus bekerja dan tidak ada yang mengasuh aku di rumah. Semua itu terjadi sampai aku beranjak sekolah.
“kamu jangan panggil dia ayah, dia bukan ayah kamu, dia itu penjahat yang merebut ibu kamu dari nenek” kata itu selalu menjadi pengantar tidurku yang diucapkan nenek.
Ketika lebaran tiba, ibu dan ayah berkunjung ke rumah nenek, aku senang bisa bertemu ibu, namun tidak dengan ayah, aku tidak ingin ayah ada di rumah nenek.
“jangan pegang aku, kamu bukan ayahku” ucapku setiap kali ayah ingin memelukku dengan kerinduannya,
Aku melihat air mata ibu mengalir setiap kali aku mengucapkan kata itu pada ayah, namun aku tahu ayah begitu tegar dengan setiap senyuman yang ia lontarkan pada ibu pertanda ayah tak mengambil hati ucapanku.
Hari ini ulang tahunku, aku meminta pada ibu dikasi hadiah spesial. Aku pun sangat gembira ketika malam-malam yang hujan ibu dan ayah datang ke rumah nenek untuk membawakan aku sebuah akuarium dengan tujuh ekor ikan.
“itu hadiah dari ayah, kamu jaga baik-baik ya ikannya” ucap ibu sambil memelukku
“gak aku gak mau hadiah dari dia, aku gak suka” aku mendorong akuarium hingga terjatuh dari meja dan pecah.
Untuk pertama kalinya aku melihat ayah menangis, namun disitulah kebanggaanku, aku merasa menjadi cucu yang baik buat nenek karena bisa membuat ayah merasa menyesal.
Keesokan harinya, aku mendengar dari ibu kalau ayah sakit, aku pun semakin senang. Ibu juga menjemput aku di rumah nenek dan mengajakku ke rumah untuk menemani ayah. Malam itu, ayah meminta padaku untuk di tes DNA di rumah sakit terkenal, ayah mau aku sadar bahwa dia adalah ayah kandungku, namun meski hasil tes itu mengatakan aku anak kandung ayah, aku tetap tidak percaya, aku yang masih kecil mengatakan bahwa itu hanyalah kebohongan ayah dan ibu agar aku mau mengakui dia sebagai ayahku. Hari itu juga penyakit jantung yang menyerang ayah semakin parah, aku membiarkan mereka meninggalkanku ke rumah sakit untuk mengantar ayah sementara aku bermain dengan robot-robotan yang ada di rumah.
Nenek dan kakek datang ke rumah, mereka mengajakku ke rumah sakit tempat ayah di rawat. aku melihat ibu menangis di samping tempat tidur ayah, sementara ayah terbaring dengan beberapa peralatan medis.
“Dana, kamu mau kan memanggil ayah kamu, ayah ingin sekali kamu memanggilnya ayah, dia ayah kandung kamu nak” ibu berkata padaku dengan tersendat-sendat.
“ayah, Dana sayang ayah” ucapku pada ayah, aku tersenyum ketika melihat ayah tersenyum padaku, dan saat itu juga aku melihat garis lurus di monitor yang menggambarkan detak jantung ayah.
Semenjak saat itu aku merasa aneh tidak pernah melihat ayah, dan ibu juga sering sakit-sakitan, setelah berobat ke berbagai tempat ibupun sembuh dan bisa bekerja lagi, aku tidak lagi tinggal di rumah nenek, aku menemani ibu tinggal di rumah. Setiap malam ibu selalu bercerita tentang keinginan ayah setelah aku dewasa, termasuk keinginannya ingin mendengar aku memanggilnya ayah.
*
Aku memeluk ibu dan meminta maaf padanya, ,meski ibu selalu bilang bahwa itu kehendak Tuhan, namun aku merasa semua itu terjadi karena salahku.
Aku tidak kuasa menahan tangisku, rasanya seribu maaf pun tak akan bisa membuat luka di hati ibu terobati, aku tahu, ibu merasa sangat kehilangan orang yang dia cintai, aku tahu ibu sangat mencintai ayah, meskipun aku yang paling mereka cintai.

0 comments:

Post a Comment