Hasil karya tangan dan pemikiranku

Calon Tenaga Kesehatan yang sedang menuntuk ilmu di Politeknik Kesehatan Denpasar.

Aku Suka Berbagi, Ayo Berbagi Bersamaku

Calon Tenaga Kesehatan yang sedang menuntuk ilmu di Politeknik Kesehatan Denpasar.

Hidup di Bali adalah Anugerah Bagiku

Calon Tenaga Kesehatan yang sedang menuntuk ilmu di Politeknik Kesehatan Denpasar.

Enjoy, Happy, Smile, is everything that i am learning now

Calon Tenaga Kesehatan yang sedang menuntuk ilmu di Politeknik Kesehatan Denpasar.

Hidup Itu Indah, Bila kau mensyukurinya

Calon Tenaga Kesehatan yang sedang menuntuk ilmu di Politeknik Kesehatan Denpasar.

Tuesday, January 6, 2015

proses keperawatan Lintas Budaya

ehm.. ini tugasku dulu, sekarang aku share ke kalian semua, tapi jangan di copas aja ya, dibaca, dipahami, baru di presentasiin atau di kumpul ke dosen, 
ini hanya sekedar refrensi aja, jadi jangan terpatok sama sumber ini, masih banyak sumber yang lain yang terbaru... selamat mengerjakan tugas.. :)

Proses Keperawatan Lintas Budaya
Proses keperawatan adalah satu pendekatan untuk pemecahan masalah yang memampukan perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan. Proses keperawatan mengandung elemen berpikir kritis yang memungkinkan perawat membuat penilaian dan melakukan tindakan berdasarkan nalar. Proses adalah serangkaian tahapan atau komponen yang mengarah pada pencapaian tujuan. Tiga karakteristik dari proses adalah tujuan, organisasi, dan kreativitas (Bevis, 1978). Tujuan adalah maksud spesifik atau tujuan dari proses. Proses keperawatan digunakan untuk mendiagnosa dan mengatasi respons manusia terhadap sehat dan sakit (American Nurses Association, 1980). Organisasi adalah satu rangkaian tahap atau komponen yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
Proses keperawatan mencakup lima tahap yaitu pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Kreativitas adalah perkembangan bersinambungan dari prose situ sendiri. Proses keperawatan adalah dinamik dan berkelanjutan. Proses keperawatan memberikan cetak biru untuk berpikir kritis sehingga perawat dapat mengindividualisasikan asuhan dan berespons terhadap kebutuhan pasien dengan tepat waktu dan cara yang masuk akal untuk memperbaiki atau mempertahankan tingkat kesehatan pasien.
Proses keperawatan adalah kerangka kerja dan struktur organisasi yang kreatif untuk memberikan asuhan keperawatan, namun proses keperawatan juga cukup fleksibel dari proses keperawatan adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan keperawatan kesehatan pasien, menentukan prioritas, menetapkan tujuan dan hasil asuhan yang diperkirakan, menetapkan dan mengomunikasikan rencana asuhan yang berpusat pada pasien, memberikan intervensi keperawatan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pasien, dan mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil dan tujuan pasien yang diharapkan. Bandman dan Bandman (1995) menguraikan seluruhproses keperawatan sebagai suatu rangkai hubungan cara-hasil (means-ends). Cara adalah keakuratan perawat dalam mengkaji, mendiagnosis menangani pasien, dan hasil adalah peningkatan fungsi dan kesejahteraan pasien.
1.      Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya
Peran perawat dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui asuhan keperawatan.
Tindakan keperawatan yang diberikan harus memperhatikan 3 prinsip asuhan keperawatan yaitu:
· Cara I : Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki pasien sehingga pasien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya, misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
· Cara II : Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini dilakukan untuk membantu pasien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih menguntungkan kesehatan. Perawat membantu pasien agar dapat memilih dan menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya pasien sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti dengan sumber protein hewani yang lain.
· Cara III : Restrukturisasi budaya
Restrukturisasi budaya pasien dilakukan bila budaya yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi gaya hidup pasien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan keyakinan yang dianut.
Model konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit (Sunrise Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini digunakan oleh perawat sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi terhadap masalah pasien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengkajian adalah proses mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien sesuai dengan latar belakang budaya pasien ( Giger and Davidhizar, 1995).
Pengkajian dirancang berdasarkan tujuh komponen yang ada pada”Sunrise Model” yaitu:
1.      Faktor teknologi (technological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji: Persepsi sehat sakit, kebiasaan berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan, alasan pasien memilih pengobatan alternative dan persepsi pasien tentang penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan ini.
2.      Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors )
Agama adalah suatu symbol yang mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk mendapatkan kebenaran diatas segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji oleh perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang pasien terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak positif terhadap kesehatan.
3.      Faktos sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors )
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor: nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin, status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga dan hubungan pasien dengan kepala keluarga.
4.      Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways )
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang di anggap baik atau buruk. Norma –norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu di kaji pada factor ini adalah posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit, perseosi sakit berkaitan dengan aktivitas sehari- hari dan kebiasaan membersihkan diri.
5.      Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors )
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995 ). Yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung, jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk pasien yang dirawat.
6.      Faktor ekonomi (economical factors)
Pasien yang dirawat dirumah sakit memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya: pekerjaan pasien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari kantor atau patungan antar anggota keluarga.
7.      Faktor pendidikan ( educational factors )
Latar belakang pendidikan pasien adalah pengalaman pasien dalam menempuh jalur formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan pasien maka keyakinan pasien biasanya didukung oleh bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan pasien, jenis pendidikan serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman sedikitnya sehingga tidak terulang kembali.
·      Prinsip-prinsip pengkajian budaya:
a.    Jangan menggunakan asumsi.
b.   Jangan membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang pelit,orang Jawa halus.
c.    Menerima dan memahami metode komunikasi.
 d.    Menghargai perbedaan individual.
 e.     Tidak boleh membeda-bedakan keyakinan pasien.
 f.     Menyediakan privacy terkait kebutuhan pribadi.

2.      Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon pasien sesuai latar belakang budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995).
Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu :
a.       gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur
b.      gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
c.      ketidakpatuhan dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.

3.      Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam keperawatan trnaskultural adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya pasien (Giger and Davidhizar, 1995).
Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu :
·         a. mempertahankan budaya yang dimiliki pasien bila budaya pasien tidak bertentangan dengan kesehatan,
·         b. mengakomodasi budaya pasien bila budaya pasien kurang menguntungkan kesehatan dan
·         c. merubah budaya pasien bila budaya yang dimiliki pasien bertentangan dengan kesehatan.
a.       Cultural care preservation/maintenance
1)    Identifikasi perbedaan konsep antara pasien dan perawat
2)    Bersikap tenang dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan pasien
3)    Mendiskusikan kesenjangan budaya yang dimiliki pasien dan perawat
b.      Cultural careaccomodation/negotiation
1)    Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pasien
2)    Libatkan keluarga dalam perencanaan perawatan
3)    Apabila konflik tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan pengetahuan biomedis, pandangan pasien dan standar etik.
c.       Cultual care repartening/reconstruction
1)    Beri kesempatan pada pasien untuk memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya
2)    Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3)     Gunakan pihak ketiga bila perlu
4)    Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh pasien dan orang tua
5)    Berikan informasi pada pasien tentang sistem pelayanan kesehatan.
Perawat dan pasien harus mencoba untuk memahami budaya masingmasing melalui proses akulturasi, yaitu proses mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya pasien maka akan timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan pasien akan terganggu. Pemahaman budaya pasien amat mendasari efektifitas keberhasilan menciptakan hubungan perawat dan pasien yang bersifat terapeutik.

4.      Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan transkultural dilakukan terhadap keberhasilan pasien tentang mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya pasien yang tidak sesuai dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat bertentangan dengan budaya yang dimiliki pasien. Melalui evaluasi dapat diketahui asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya pasien.


DAFTAR PUSTAKA

1.      Perry and Poter . 2001. Fundamental of Nursing: Concept, Process, and Practice, Philadelpia: Mosby.
2.      Soerjono Soekanto.2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
3.      Marilynn E. Doenges, Mary Frances Moorhouse, Alince C. Geissler. 2006 . Rencana Asuhan Keperawatan. , EGC. Jakarta.