Wednesday, May 20, 2015

Siapkan Remaja Indonesia dalam Menghadapi Era Bonus Demografi melalui PIK R / M

Beberapa bulan yang lalu, saya mendapat sebuah undangan untuk menghadiri resepsi pernikahan, perasaan senang sekaligus kasian hadir bersamaan dibenak saya. Mengapa demikian ? teman saya tersebut adalah teman seperjuangan saya meraih gelar Amd. Kep. yang tahun depan (semoga) akan ditambahkan di belakang nama kami.
Beberapa tahun yang lalu, ketika saya masih menyandang predikat sebagai seorang siswa di salah satu Sekolah Menengah Atas, tetangga saya yang sebaya dan setingkat dengan saya (di sekolah yang berbeda) memberikan undangan kepada keluarga saya untuk menghadiri pesta pernikahannya. Tidak hanya saya, dan para tamu yang hadir pada saat itu memberikan hadiah kepadanya, tetapi Tuhan juga memberikan hadiah yang istimewa, meski beberapa bulan setelah resepsi tersebut diadakan, teman saya melahirkan seorang anak laki-laki beberapa hari sebelum dia berulang tahun yang ke tujuh belas atau yang disebut Sweet Seventeen . Bila pada tahun yang sama, saya merayakan ulang tahun saya dengan berlibur bersama sahabat dan keluarga saya, menikmati indahnya masa remaja, tetapi teman saya merayakannya dengan keluarga kecilnya, mungkin dia bahagia, tapi saya tahu tidak sebahagia yang saya rasakan.
Tidak hanya itu, ketika saya harus belajar untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional tingkat SMP tahun 2010, teman saya sedang mempersiapkan diri menuju hari pernikahannya. Kami telah menempuh pendidikan SMP selama tiga tahun bersama-sama, hingga pada akhirnya kami berpisah di tahun akhir pendidikan kami, tapi saat itu saya bahagia, karena saya pikir, setiap orang punya jalannya masing-masing dan dia telah memilih jalannya.
Sebuah pemikiran yang saat ini saya sebut aneh menghampiri saya pada waktu-waktu seperti itu, "alangkah indahnya kita bisa menikmati hidup berkeluarga pada usia muda, ada teman untuk berbagi masalah yang kita hadapi, dan memiliki waktu yang lebih lama untuk menjalani sisa hidup dalam ikatan keluarga, saya iri kepada mereka", namun kini saya merasa lucu ketika mengingat pemikiran saya tersebut.
Bagaimana tidak ? semua yang saya pikirkan itu hanyalah ilusi semata, tidak semuanya benar, bahkan berbanding terbalik. Hidup berkeluarga di usia muda sehingga ada teman berbagi, kenyataannya tidak seperti itu, berkeluarga di usia muda akan membuat kita lepas dari masalah sebagai siswa/mahasiswa (tugas dari sekolah) namun memberikan kita masalah baru yang tentunya taraf kesukaran masalah itu belum sesuai dengan usia kita. Menjadi orangtua di usia muda berarti kita siap untuk membiayai kebutuhan keluarga kita, apapun alasannya setiap hari kita harus menyediakan uang untuk memenuhi kebutuhan kita, terutama kebutuhan primer berupa makanan, bila menjadi seorang anak kita dibiayai orangtua kita, maka setelah kita menikah apakah selamanya orangtua kita akan membiayainya ? saya yakin tidak.
Keluarga berperan penting dalam awal kehidupan seorang anak, anak mendapatkan modal untuk kehidupan sosial selanjutnya dari keluarga, oleh karena itu, ibu dan ayah yang merupakan orang terdekat bagi anak seharusnya dapat memenuhi kebutuhan anak sesuai dengan 8 fungsi keluarga yaitu : 
1.   Fungsi keagamaan, yaitu dengan memperkenalkan dan mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan tugas kepala keluarga untuk menanamkan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.
2.   Fungsi sosial budaya, dilakukan dengan membina sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga     
3.   Fungsi cinta kasih, diberikan dalam bentuk memberikan kasih sayang dan rasa aman, serta memberikan perhatian diantara anggota keluarga
4.   Fungsi melindungi, bertujuan untuk melindungi anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa terlindung dan merasa aman     
5.   Fungsi reproduksi, merupakan fungsi yang bertujuan untuk meneruskan keturunan,memelihara dan membesarkan anak, memelihara dan merawat anggota keluarga       
6.   Fungsi sosialisasi dan pendidikan, merupakan fungsi dalam keluarga yang dilakukan dengan cara mendidik anak sesuai dengan tingkat perkembangannya, menyekolahkan anak. Sosialisasi dalam keluarga juga dilakukan untuk mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik  
7.   Fungsi ekonomi, adalah serangkaian dari fungsi lain yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah keluarga. Fungsi ini dilakukan dengan cara mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, dan menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa datang.      
8.   Fungsi pembinaan lingkungan, adalah menciptakan kehidupan yang harmonis dengan lingkungan masyarakat sekitar dan alam.
Membangun keluarga yang baik merupakan salah satu syarat agar keluarga tersebut dapat memberikan memenuhi ke-8 fungsi keluarga tersebut di atas, sehingga remaja perlu mengenal pendewasaan usia perkawinan. Dalam pendewasaan usia perkawinan, usia minimum perkawinan untuk wanita adalah 21 tahun, sedangkan laki-laki adalah 25 tahun, karena pada usia tersebut, wanita dan laki-laki dianggap sudah matang dalam segi fisik dan mental sehingga siap untuk menghadapi permasalahan yang mungkin muncul dalam perkawinan.
8 fungsi keluarga tersebut memiliki peran yang penting dalam perkembangan seorang anak karena pada saat ini Indonesia sedang mempersiapkan diri menuju era bonus demografi yang telah terjadi sejak tahun 2008 dan akan memasuki puncaknya pada tahun 2020-2050. Hal itu berarti jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak daripada penduduk usia non-produktif (<15 dan >65 tahun). Kesempatan emas untuk membangun Indonesia menjadi lebih baik, jika penduduk usia produktif tersebut aktif dalam artian mampu memperoleh penghasilan untuk mensejahterakan keluarganya.
Bila puncak era bonus demografi pada tahun 2020 sampai 2050, maka pada tahun-tahun ini kita masih memiliki kesempatan untuk menciptakan usia produktif yang aktif pada saat itu, yang pada saat ini masih remaja atau dewasa muda melalui peningkatan taraf pendidikan, peningkatan keterampilan, pencegahan kenakalan remaja, dan persiapan memasuki kehidupan berkeluarga.
Life skill merupakan salah satu materi yang memberikan pelatihan keterampilan bagi remaja. Dalam life skill, remaja tidak hanya diberikan teori melainkan juga praktik keterampilan sehingga dapat digunakan sebagai bekal untuk meraih penghasilan.
Life Skill mengajarkan remaja untuk membuat usaha sendiri, menciptakan usaha melalui kreatifitas dan menghasilkan uang dari usaha yang dilakukan, sehingga dengan memiliki keterampilan melalui pelatihan life skill, remaja yang akan tumbuh menjadi dewasa (usia produktif) yang dapat menciptakan lapangan kerja sendiri sehingga tidak tergantung kepada lowongan pekerjaan yang ada, bahkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi yang lain.
Selain itu, life skill juga dapat berperan dalam menumbuhkan jiwa wirausaha pada remaja, sehingga kedepannya semakin banyak pengusaha Indonesia karena pada saat ini, penduduk Indonesia yang menjadi wirausaha hanya 1,65% sedangkan negara tetangga kita, Singapura sebesar 12 % dan malaysia 4%.
Salah satu faktor penting lainnya yang menentukan masa depan remaja untuk lebih produktif adalah menghindari kenakalan remaja. Kenakalan remaja tersebut dapat berupa penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, seks bebas, merokok, mabuk-mabukan, dan tawuran. Kenakalan remaja dapat menyebabkan masa remaja, yang merupakan masa untuk mempersiapkan diri menghadapi usia dewasa menjadi hancur.
 Life skill, Pendewasaan usia perkawinan (PUP), Kenakalan remaja adalah materi yang disebarluaskan oleh remaja melalui PIK R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja) /PIK M (Pusat Informasi dan Konseling Mahasiswa) yang merupakan salah satu program kerja BKKBN, selain materi tersebut, terdapat juga Triad KRR (kesehatan reproduksi remaja) dan Narkoba. Semua materi tersebut berperan penting untuk menambah wawasan remaja mempersiapkan diri menjadi dewasa yang produktif dan berkontribusi bagi negara.

Istimewanya, dalam PIK R / PIK M ini, remaja diberikan materi oleh sebayanya, mengingat remaja lebih cepat memahami, mengerti, dan menerima pesan yang disampaikan oleh sebayanya, maka hal ini sangat menguntungkan bila remaja menerima informasi tersebut dari sebayanya atau yang dalam PIK R / PIK M dikenal dengan pendidik sebaya yang tentunya sudah dididik dan diberikan pengetahuan dan keterampilan untuk menyebarkan informasi tersebut kepada sebayanya.
Pengalaman saya, selama 5 tahun sudah menjadi bagian dari pendidik sebaya PIK R sewaktu SMA dan PIK M selama kuliah, saya mendapatkan banyak informasi yang berguna bagi saya dan bisa saya sebarkan kepada orang lain yang sebaya saya. Materi yang saya dapatkan tersebut membantu saya untuk mengoreksi pemikiran-pemikiran aneh yang hadir ketika saya melihat sikap dan perilaku teman saya. Hal itulah yang membuat saya bersemangat untuk menyebarkan informasi tersebut kepada orang lain terutama yang sebaya, agar mereka juga dapat mengoreksi pemikiran aneh mereka, seperti yang terjadi kepada saya.
Jadi Ayo remaja tunggu apa lagi, persiapkan dirimu menghadapi era bonus demografi dan ambillah peranmu untuk berkontribusi bagi negara kita, Indonesia.

Sumber :



0 comments:

Post a Comment