Beberapa bulan yang lalu, saya mendapat
sebuah undangan untuk menghadiri resepsi pernikahan, perasaan senang sekaligus
kasian hadir bersamaan dibenak saya. Mengapa demikian ? teman saya tersebut
adalah teman seperjuangan saya meraih gelar Amd. Kep. yang tahun depan (semoga)
akan ditambahkan di belakang nama kami.
Beberapa tahun yang lalu, ketika saya masih
menyandang predikat sebagai seorang siswa di salah satu Sekolah Menengah Atas,
tetangga saya yang sebaya dan setingkat dengan saya (di sekolah yang berbeda)
memberikan undangan kepada keluarga saya untuk menghadiri pesta pernikahannya.
Tidak hanya saya, dan para tamu yang hadir pada saat itu memberikan hadiah
kepadanya, tetapi Tuhan juga memberikan hadiah yang istimewa, meski beberapa
bulan setelah resepsi tersebut diadakan, teman saya melahirkan seorang anak
laki-laki beberapa hari sebelum dia berulang tahun yang ke tujuh belas atau
yang disebut Sweet Seventeen . Bila pada tahun yang sama, saya merayakan
ulang tahun saya dengan berlibur bersama sahabat dan keluarga saya, menikmati
indahnya masa remaja, tetapi teman saya merayakannya dengan keluarga kecilnya,
mungkin dia bahagia, tapi saya tahu tidak sebahagia yang saya rasakan.
Tidak hanya itu, ketika saya harus belajar
untuk mempersiapkan diri menghadapi ujian nasional tingkat SMP tahun 2010,
teman saya sedang mempersiapkan diri menuju hari pernikahannya. Kami telah
menempuh pendidikan SMP selama tiga tahun bersama-sama, hingga pada akhirnya
kami berpisah di tahun akhir pendidikan kami, tapi saat itu saya bahagia,
karena saya pikir, setiap orang punya jalannya masing-masing dan dia telah
memilih jalannya.
Sebuah pemikiran yang saat ini saya sebut aneh menghampiri saya pada waktu-waktu seperti itu, "alangkah indahnya kita bisa menikmati hidup berkeluarga pada usia muda, ada teman untuk berbagi masalah yang kita hadapi, dan memiliki waktu yang lebih lama untuk menjalani sisa hidup dalam ikatan keluarga, saya iri kepada mereka", namun kini saya merasa lucu ketika mengingat pemikiran saya tersebut.
Sebuah pemikiran yang saat ini saya sebut aneh menghampiri saya pada waktu-waktu seperti itu, "alangkah indahnya kita bisa menikmati hidup berkeluarga pada usia muda, ada teman untuk berbagi masalah yang kita hadapi, dan memiliki waktu yang lebih lama untuk menjalani sisa hidup dalam ikatan keluarga, saya iri kepada mereka", namun kini saya merasa lucu ketika mengingat pemikiran saya tersebut.
Bagaimana tidak ? semua yang saya pikirkan
itu hanyalah ilusi semata, tidak semuanya benar, bahkan berbanding terbalik.
Hidup berkeluarga di usia muda sehingga ada teman berbagi, kenyataannya tidak
seperti itu, berkeluarga di usia muda akan membuat kita lepas dari masalah
sebagai siswa/mahasiswa (tugas dari sekolah) namun memberikan kita masalah baru
yang tentunya taraf kesukaran masalah itu belum sesuai dengan usia kita.
Menjadi orangtua di usia muda berarti kita siap untuk membiayai kebutuhan
keluarga kita, apapun alasannya setiap hari kita harus menyediakan uang untuk
memenuhi kebutuhan kita, terutama kebutuhan primer berupa makanan, bila menjadi
seorang anak kita dibiayai orangtua kita, maka setelah kita menikah apakah
selamanya orangtua kita akan membiayainya ? saya yakin tidak.
Keluarga berperan penting dalam awal
kehidupan seorang anak, anak mendapatkan modal untuk kehidupan sosial
selanjutnya dari keluarga, oleh karena itu, ibu dan ayah yang merupakan orang
terdekat bagi anak seharusnya dapat memenuhi kebutuhan anak sesuai dengan 8
fungsi keluarga yaitu :
1.
Fungsi
keagamaan, yaitu dengan memperkenalkan dan
mengajak anak dan anggota keluarga yang lain dalam kehidupan beragama, dan
tugas kepala keluarga untuk menanamkan bahwa ada kekuatan lain yang mengatur
kehidupan ini dan ada kehidupan lain setelah di dunia ini.
2.
Fungsi
sosial budaya, dilakukan dengan membina
sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat
perkembangan anak, meneruskan nilai-nilai budaya keluarga
3.
Fungsi
cinta kasih, diberikan dalam bentuk
memberikan kasih sayang dan rasa aman, serta memberikan perhatian diantara
anggota keluarga
4.
Fungsi
melindungi, bertujuan untuk melindungi anak
dari tindakan-tindakan yang tidak baik, sehingga anggota keluarga merasa
terlindung dan merasa aman
5.
Fungsi
reproduksi, merupakan fungsi yang bertujuan
untuk meneruskan keturunan,memelihara dan membesarkan anak, memelihara dan
merawat anggota keluarga
6.
Fungsi
sosialisasi dan pendidikan, merupakan fungsi
dalam keluarga yang dilakukan dengan cara mendidik anak sesuai dengan tingkat
perkembangannya, menyekolahkan anak. Sosialisasi dalam keluarga juga dilakukan
untuk mempersiapkan anak menjadi anggota masyarakat yang baik
7.
Fungsi
ekonomi, adalah serangkaian dari fungsi lain
yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah keluarga. Fungsi ini dilakukan dengan
cara mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga,
dan menabung untuk memenuhi kebutuhan keluarga dimasa datang.
8.
Fungsi
pembinaan lingkungan, adalah menciptakan
kehidupan yang harmonis dengan lingkungan masyarakat sekitar dan alam.
Membangun keluarga yang baik merupakan
salah satu syarat agar keluarga tersebut dapat memberikan memenuhi ke-8 fungsi
keluarga tersebut di atas, sehingga remaja perlu mengenal pendewasaan usia
perkawinan. Dalam pendewasaan usia perkawinan, usia minimum perkawinan untuk
wanita adalah 21 tahun, sedangkan laki-laki adalah 25 tahun, karena pada usia
tersebut, wanita dan laki-laki dianggap sudah matang dalam segi fisik dan
mental sehingga siap untuk menghadapi permasalahan yang mungkin muncul dalam
perkawinan.
8 fungsi keluarga tersebut memiliki peran
yang penting dalam perkembangan seorang anak karena pada saat ini Indonesia
sedang mempersiapkan diri menuju era bonus demografi yang telah terjadi sejak
tahun 2008 dan akan memasuki puncaknya pada tahun 2020-2050. Hal itu berarti
jumlah penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak daripada penduduk
usia non-produktif (<15 dan >65 tahun). Kesempatan emas untuk membangun
Indonesia menjadi lebih baik, jika penduduk usia produktif tersebut aktif dalam
artian mampu memperoleh penghasilan untuk mensejahterakan keluarganya.
Bila puncak era bonus demografi pada tahun
2020 sampai 2050, maka pada tahun-tahun ini kita masih memiliki kesempatan
untuk menciptakan usia produktif yang aktif pada saat itu, yang pada saat ini
masih remaja atau dewasa muda melalui peningkatan taraf pendidikan, peningkatan
keterampilan, pencegahan kenakalan remaja, dan persiapan memasuki kehidupan
berkeluarga.
Life skill merupakan salah satu materi yang
memberikan pelatihan keterampilan bagi remaja. Dalam life skill, remaja tidak
hanya diberikan teori melainkan juga praktik keterampilan sehingga dapat
digunakan sebagai bekal untuk meraih penghasilan.
Life Skill mengajarkan remaja untuk membuat
usaha sendiri, menciptakan usaha melalui kreatifitas dan menghasilkan uang dari
usaha yang dilakukan, sehingga dengan memiliki keterampilan melalui pelatihan
life skill, remaja yang akan tumbuh menjadi dewasa (usia produktif) yang dapat
menciptakan lapangan kerja sendiri sehingga tidak tergantung kepada lowongan
pekerjaan yang ada, bahkan dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi yang lain.
Selain itu, life skill juga dapat berperan
dalam menumbuhkan jiwa wirausaha pada remaja, sehingga kedepannya semakin
banyak pengusaha Indonesia karena pada saat ini, penduduk Indonesia yang
menjadi wirausaha hanya 1,65% sedangkan negara tetangga kita, Singapura sebesar
12 % dan malaysia 4%.
Salah satu faktor penting lainnya yang
menentukan masa depan remaja untuk lebih produktif adalah menghindari kenakalan
remaja. Kenakalan remaja tersebut dapat berupa penyalahgunaan narkoba,
pergaulan bebas, seks bebas, merokok, mabuk-mabukan, dan tawuran. Kenakalan
remaja dapat menyebabkan masa remaja, yang merupakan masa untuk mempersiapkan
diri menghadapi usia dewasa menjadi hancur.
Life
skill, Pendewasaan usia perkawinan (PUP), Kenakalan remaja adalah materi yang
disebarluaskan oleh remaja melalui PIK R (Pusat Informasi dan Konseling Remaja)
/PIK M (Pusat Informasi dan Konseling Mahasiswa) yang merupakan salah satu
program kerja BKKBN, selain materi tersebut, terdapat juga Triad KRR (kesehatan
reproduksi remaja) dan Narkoba. Semua materi tersebut berperan penting untuk
menambah wawasan remaja mempersiapkan diri menjadi dewasa yang produktif dan
berkontribusi bagi negara.
Istimewanya, dalam PIK R / PIK M ini,
remaja diberikan materi oleh sebayanya, mengingat remaja lebih cepat memahami,
mengerti, dan menerima pesan yang disampaikan oleh sebayanya, maka hal ini
sangat menguntungkan bila remaja menerima informasi tersebut dari sebayanya
atau yang dalam PIK R / PIK M dikenal dengan pendidik sebaya yang tentunya
sudah dididik dan diberikan pengetahuan dan keterampilan untuk menyebarkan
informasi tersebut kepada sebayanya.
Pengalaman saya, selama 5 tahun sudah
menjadi bagian dari pendidik sebaya PIK R sewaktu SMA dan PIK M selama kuliah,
saya mendapatkan banyak informasi yang berguna bagi saya dan bisa saya sebarkan
kepada orang lain yang sebaya saya. Materi yang saya dapatkan tersebut membantu
saya untuk mengoreksi pemikiran-pemikiran aneh
yang hadir ketika saya melihat sikap dan perilaku teman saya. Hal itulah yang
membuat saya bersemangat untuk menyebarkan informasi tersebut kepada orang lain
terutama yang sebaya, agar mereka juga dapat mengoreksi pemikiran aneh mereka, seperti yang terjadi kepada
saya.
Jadi Ayo remaja tunggu apa lagi, persiapkan
dirimu menghadapi era bonus demografi dan ambillah peranmu untuk berkontribusi
bagi negara kita, Indonesia.
Sumber
:
0 comments:
Post a Comment