ehm.. ini tugasku dulu, sekarang aku share ke kalian semua, tapi jangan di copas aja ya, dibaca, dipahami, baru di presentasiin atau di kumpul ke dosen,
ini hanya sekedar refrensi aja, jadi jangan terpatok sama sumber ini, masih banyak sumber yang lain yang terbaru... selamat mengerjakan tugas.. :)
Proses Keperawatan Lintas Budaya
Proses
keperawatan adalah satu pendekatan untuk pemecahan masalah yang memampukan
perawat untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan. Proses keperawatan
mengandung elemen berpikir kritis yang memungkinkan perawat membuat penilaian
dan melakukan tindakan berdasarkan nalar. Proses adalah serangkaian tahapan
atau komponen yang mengarah pada pencapaian tujuan. Tiga karakteristik dari
proses adalah tujuan, organisasi, dan kreativitas (Bevis, 1978). Tujuan adalah
maksud spesifik atau tujuan dari proses. Proses keperawatan digunakan untuk
mendiagnosa dan mengatasi respons manusia terhadap sehat dan sakit (American Nurses Association, 1980).
Organisasi adalah satu rangkaian tahap atau komponen yang diperlukan untuk
mencapai tujuan.
Proses
keperawatan mencakup lima tahap yaitu pengkajian, diagnose keperawatan,
perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Kreativitas adalah perkembangan bersinambungan
dari prose situ sendiri. Proses keperawatan adalah dinamik dan berkelanjutan.
Proses keperawatan memberikan cetak biru untuk berpikir kritis sehingga perawat
dapat mengindividualisasikan asuhan dan berespons terhadap kebutuhan pasien
dengan tepat waktu dan cara yang masuk akal untuk memperbaiki atau
mempertahankan tingkat kesehatan pasien.
Proses
keperawatan adalah kerangka kerja dan struktur organisasi yang kreatif untuk
memberikan asuhan keperawatan, namun proses keperawatan juga cukup fleksibel
dari proses keperawatan adalah untuk mengidentifikasi kebutuhan keperawatan
kesehatan pasien, menentukan prioritas, menetapkan tujuan dan hasil asuhan yang
diperkirakan, menetapkan dan mengomunikasikan rencana asuhan yang berpusat pada
pasien, memberikan intervensi keperawatan yang dirancang untuk memenuhi
kebutuhan pasien, dan mengevaluasi keefektifan asuhan keperawatan dalam
mencapai hasil dan tujuan pasien yang diharapkan. Bandman dan Bandman (1995)
menguraikan seluruhproses keperawatan sebagai suatu rangkai hubungan cara-hasil (means-ends). Cara adalah
keakuratan perawat dalam mengkaji, mendiagnosis menangani pasien, dan hasil
adalah peningkatan fungsi dan kesejahteraan pasien.
1.
Pengkajian Asuhan Keperawatan Budaya
Peran perawat
dalam transkultural nursing yaitu menjembatani antara sistem perawatan yang dilakukan masyarakat awam dengan sistem perawatan melalui
asuhan keperawatan.
Tindakan keperawatan yang
diberikan harus memperhatikan 3 prinsip asuhan keperawatan yaitu:
· Cara I :
Mempertahankan budaya
Mempertahankan budaya dilakukan bila budaya pasien
tidak bertentangan dengan kesehatan. Perencanaan dan implementasi keperawatan
diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan yang telah dimiliki pasien
sehingga pasien dapat meningkatkan atau mempertahankan status kesehatannya,
misalnya budaya berolahraga setiap pagi.
· Cara II : Negosiasi budaya
Intervensi dan implementasi keperawatan pada tahap ini
dilakukan untuk membantu pasien beradaptasi terhadap budaya tertentu yang lebih
menguntungkan kesehatan. Perawat membantu pasien agar dapat memilih dan
menentukan budaya lain yang lebih mendukung peningkatan kesehatan, misalnya pasien
sedang hamil mempunyai pantang makan yang berbau amis, maka ikan dapat diganti
dengan sumber protein hewani yang lain.
· Cara III : Restrukturisasi
budaya
Restrukturisasi budaya pasien dilakukan bila budaya
yang dimiliki merugikan status kesehatan. Perawat berupaya merestrukturisasi
gaya hidup pasien yang biasanya merokok menjadi tidak merokok. Pola rencana
hidup yang dipilih biasanya yang lebih menguntungkan dan sesuai dengan
keyakinan yang dianut.
Model
konseptual yang di kembangkan oleh Leininger dalam menjelaskan asuhan
keperawatan dalam konteks budaya digambarkan dalam bentuk matahari terbit
(Sunrise Model). Geisser (1991) menyatakan bahwa proses keperawatan ini
digunakan oleh perawat sebagai landasan berpikir dan memberikan solusi terhadap
masalah pasien (Andrew and Boyle, 1995). Pengelolaan asuhan keperawatan
dilaksanakan dari mulai tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
Pengkajian adalah proses
mengumpulkan data untuk mengidentifikasi masalah kesehatan pasien sesuai dengan
latar belakang budaya pasien ( Giger and Davidhizar, 1995).
Pengkajian dirancang berdasarkan
tujuh komponen yang ada pada”Sunrise Model” yaitu:
1.
Faktor teknologi (technological factors)
Teknologi kesehatan memungkinkan
individu untuk memilih atau mendapat penawaran menyelesaikan masalah dalam
pelayanan kesehatan. Perawat perlu mengkaji: Persepsi sehat sakit, kebiasaan
berobat atau mengatasi masalah kesehatan, alasan mencari bantuan kesehatan,
alasan pasien memilih pengobatan alternative dan persepsi pasien tentang
penggunaan dan pemanfaatan teknologi untuk mengatasi permasalahan kesehatan
ini.
2.
Faktor agama dan falsafah hidup ( religious and philosophical factors )
Agama adalah suatu symbol yang
mengakibatkan pandangan yang amat realistis bagi para pemeluknya. Agama
memberikan motivasi yang sangat kuat untuk mendapatkan kebenaran diatas
segalanya, bahkan diatas kehidupannya sendiri. Faktor agama yang harus dikaji
oleh perawat adalah: agama yang dianut, status pernikahan, cara pandang pasien
terhadap penyebab penyakit, cara pengobatan dan kebiasaan agama yang berdampak
positif terhadap kesehatan.
3.
Faktos sosial dan keterikatan keluarga ( kinshop and Social factors )
Perawat pada tahap ini harus mengkaji faktor-faktor:
nama lengkap, nama panggilan, umur dan tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
status, tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga dan hubungan pasien
dengan kepala keluarga.
4.
Nilai-nilai budaya dan gaya hidup (cultural value and life ways )
Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan
ditetapkan oleh penganut budaya yang di anggap baik atau buruk. Norma –norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan
terbatas pada penganut budaya terkait. Yang perlu di kaji pada factor ini
adalah posisi dan jabatan yang dipegang oleh kepala keluarga, bahasa yang
digunakan, kebiasaan makan, makanan yang dipantang dalam kondisi sakit,
perseosi sakit berkaitan dengan aktivitas
sehari- hari dan kebiasaan membersihkan diri.
5.
Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku (political and legal factors )
Kebijakan dan peraturan rumah sakit yang berlaku
adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan
keperawatan lintas budaya (Andrew and Boyle, 1995 ). Yang perlu dikaji pada
tahap ini adalah: peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan jam berkunjung,
jumlah anggota keluarga yang boleh menunggu, cara pembayaran untuk pasien yang
dirawat.
6.
Faktor ekonomi (economical factors)
Pasien yang dirawat dirumah sakit
memanfaatkan sumber-sumber material yang dimiliki untuk membiayai sakitnya agar
segera sembuh. Faktor ekonomi yang harus dikaji oleh perawat diantaranya:
pekerjaan pasien, sumber biaya pengobatan, tabungan yang dimiliki oleh
keluarga, biaya dari sumber lain misalnya asuransi, penggantian biaya dari
kantor atau patungan antar anggota keluarga.
7.
Faktor pendidikan ( educational factors )
Latar belakang pendidikan pasien
adalah pengalaman pasien dalam menempuh jalur formal tertinggi saat ini.
Semakin tinggi pendidikan pasien maka keyakinan pasien biasanya didukung oleh
bukti-bukti ilmiah yang rasional dan individu tersebut dapat belajar
beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang
perlu dikaji pada tahap ini adalah: tingkat pendidikan pasien, jenis pendidikan
serta kemampuannya untuk belajar secara aktif mandiri tentang pengalaman
sedikitnya sehingga tidak terulang kembali.
· Prinsip-prinsip
pengkajian budaya:
a. Jangan
menggunakan asumsi.
b. Jangan
membuat streotif bisa menjadi konflik misalnya: orang Padang pelit,orang Jawa halus.
c.
Menerima dan memahami metode komunikasi.
d. Menghargai perbedaan
individual.
e. Tidak
boleh membeda-bedakan keyakinan pasien.
f. Menyediakan
privacy terkait kebutuhan pribadi.
2.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah respon pasien sesuai latar
belakang budayanya yang dapat dicegah, diubah atau dikurangi melalui intervensi
keperawatan. (Giger and Davidhizar, 1995).
Terdapat tiga diagnose keperawatan yang sering
ditegakkan dalam asuhan keperawatan transkultural yaitu :
a.
gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan perbedaan kultur
b.
gangguan interaksi sosial berhubungan disorientasi sosiokultural
c. ketidakpatuhan
dalam pengobatan berhubungan dengan sistem nilai yang diyakini.
3.
Perencanaan dan Pelaksanaan
Perencanaan dan pelaksanaan dalam
keperawatan trnaskultural adalah suatu proses keperawatan yang tidak dapat
dipisahkan. Perencanaan adalah suatu proses memilih strategi yang tepat dan
pelaksanaan adalah melaksanakan tindakan yang sesuai denganlatar belakang budaya
pasien (Giger and Davidhizar, 1995).
Ada tiga pedoman yang ditawarkan dalam keperawatan
transkultural (Andrew and Boyle, 1995) yaitu :
·
a. mempertahankan
budaya yang dimiliki pasien bila budaya pasien tidak bertentangan dengan
kesehatan,
·
b. mengakomodasi
budaya pasien bila budaya pasien kurang menguntungkan kesehatan dan
·
c. merubah
budaya pasien bila budaya yang dimiliki pasien bertentangan dengan kesehatan.
a.
Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi
perbedaan konsep antara pasien dan perawat
2) Bersikap tenang
dan tidak terburu-buru saat berinterkasi dengan pasien
3) Mendiskusikan
kesenjangan budaya yang dimiliki pasien dan perawat
b.
Cultural careaccomodation/negotiation
1) Gunakan bahasa
yang mudah dipahami oleh pasien
2) Libatkan
keluarga dalam perencanaan perawatan
3) Apabila konflik
tidak terselesaikan, lakukan negosiasi dimana kesepakatan berdasarkan
pengetahuan biomedis, pandangan pasien dan standar etik.
c.
Cultual care repartening/reconstruction
1) Beri kesempatan
pada pasien untuk memahami informasi yang diberikan dan melaksanakannya
2) Tentukan
tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya kelompok
3) Gunakan
pihak ketiga bila perlu
4) Terjemahkan
terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat dipahami oleh pasien
dan orang tua
5) Berikan
informasi pada pasien tentang sistem pelayanan kesehatan.
Perawat dan pasien harus mencoba
untuk memahami budaya masingmasing melalui proses akulturasi, yaitu proses
mengidentifikasi persamaan dan perbedaan budaya yang akhirnya akan memperkaya
budaya budaya mereka. Bila perawat tidak memahami budaya pasien maka akan
timbul rasa tidak percaya sehingga hubungan terapeutik antara perawat dengan pasien
akan terganggu. Pemahaman budaya pasien amat mendasari efektifitas keberhasilan
menciptakan hubungan perawat dan pasien yang bersifat terapeutik.
4.
Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan
transkultural dilakukan terhadap keberhasilan pasien tentang mempertahankan
budaya yang sesuai dengan kesehatan, mengurangi budaya pasien yang tidak sesuai
dengan kesehatan atau beradaptasi dengan budaya baru yang mungkin sangat
bertentangan dengan budaya yang dimiliki pasien. Melalui evaluasi dapat diketahui
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya pasien.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Perry and Poter . 2001. Fundamental of Nursing: Concept,
Process, and Practice, Philadelpia: Mosby.
2.
Soerjono Soekanto.2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT
Raja Grafindo Persada.
3.
Marilynn E. Doenges, Mary
Frances Moorhouse, Alince C. Geissler. 2006 . Rencana Asuhan Keperawatan. , EGC. Jakarta.
0 comments:
Post a Comment